Aside

Image

Author                  : Oh Jaehee

Main cast             : Amber (fx)

                              :Yesung (Super Junior)

Support Cast       : Taeyeon (SNSD)

                           : Tiffany (SNSD)

                           : Jessica (SNSD) 

                            : Suho (EXO-K)

Lenght                : One shot

Genre                 : Comedy (?)

Rating                :G

Disclaimer         : FF ini diadaptasi dari cerita yang sudah merakyat, Cinderella. Pastinya dengan perubahan dari author. Jadi FF ini murni

karya author. Maaf kalau tidak sesuai dengan genre-nya atau kalau ada typo-typo yang berceceran (_ _)

 

       

  —Amber  PoV —

          Suara ayam berkokok, membuatku terbangun dari tidurku. Kulihat ke arah jendela, namun tidak ada cahaya matahari yang menerpa. “Kiamat!!” Aku berteriak panik sambil berlari mengelilingi kamarku. Tunggu, ini baru jam 3 pagi.. Kataku dalam hati saat melihat jam dinding yang menempel di dinding kamarku *Buset, ribet amat bahasanya* dan baru kusadari juga ternyata itu suara perutku. Sudah sehari 25 jam aku belum makan. Memang, sejak 16 tahun terakhir ini aku hidup  dalam penderitaan. Aku harus tinggal dengan eomma tiriku, Kim Taeyeon dan kedua anaknya yang sekarang menjadi eonni tiriku, Tiffany dan Jessica. Aku harus tinggal dengan mereka karena kedua orangtuaku meninggal dalam suatu kecelakaan. Aku masih ingat kejadian itu, saat itu aku yang masih berusia 5 tahun menangis dan menjerit – Appa, Eomma, jangan tinggalin Amber!!—Seperti di drama-drama kisah pintu taubat (?)

          “Amber!! Sini!” Teriakan itu suara eomma-ku, eomma tiri maksudku. “Ne, eomma?” tak mau kalah akupun ikut berteriak lalu menghampirinya. “Jangan lupa buat sarapan, lalu cuci piring, cuci pakaian, cuci rambut, eeh.. yah pokoknya bersihkan rumah,” kata eomma tiriku sambil menyisir rambutnya yang kusut. Eomma tiriku sedikit tidak waras. Tapi, ada satu hal yang membuatku salut dengannya, yaitu melakukan dua pekerjaan sekaligus –misalnya membaca sambil menelepon, minum sambil menyanyi, bahkan makan sambil sikat gigi—“Ne, eomma,” kataku dengan lesu. Aku tidak bisa membantah perintahnya karena aku sudah dianggap sebagai pembantu disini.

          Aku menuju dapur lalu memasak menu andalanku untuk sarapan, yaitu telur mata sapi, karena hanya itu yang dapat kubuat—tentunya selain air rebus dan mie instant—dan jika mereka sudah mulai bosan dengan menuku, eomma yang akan memasak. Setelah cukup lama memasak, aku berhasil menyelesaikan makanan itu. Kusajikan makanan itu di meja makan utuk keluarga tiriku, lalu aku kembali ke dapur untuk melahap  makananku. Sebenarnya, aku hanya boleh melahap makanan sisa, tapi karena mereka rakus tak akan ada makanan yang tersisa, maka aku harus melahap makanan yang sudah basi. Tapi, hari ini aku menyisakan sedikit untuk diriku yang malang ini. Selesai makan, aku  langsung mengerjakan pekerjaan rumah dibantu dengan teman hewanku yaitu tikus, kecoa, dan burung yang entah datang dari mana. “Haah.. akhirnya selesai juga,” aku bernapas lega. “Amber!!” suara cempreng itu asalnya dari kamar Sicca eonni. “Ne, eonni.” Belum sampai didepan kamar Sicca eonni, terdengar satu teriakan lagi, yaitu milik Tiffany eonni “ Amber!!!”  Cukup! Cukup! Ingin kuteriakan kata-kata itu. Kenapa aku harus mendengar nama AMBER!? Siapa sih Amber itu? Minta dibunuh kali ya.

()()()()()()()

          “Tolong sisir rambutku!” baru masuk ke kamar Sicca eonni aku langsung disuruh menyisir rambutnya. Oke, aku cukup handal untuk menyisir karena dulu rambutku panjang dan berkilauan. Tapi itu dulu, sekarang tidak, Malahan aku sudah lupa bagaimana cara menyisir rambut yang benar. Akhirnya, kusisir rambutnya dengan asal hingga ia menyuruhku keluar. Sekarang aku menuju kamar Tiffany eonni. Disana aku disuruh untuk mengutek kukunya. Mana aku bisa? Akhirnya dengan segenap jiwa raga, kuhias kuku Tiffany eonni, dan hasilnya.. umm.. kurasa cukup baik. Tapi saat aku hendak keluar kamar, dia menjambakku. “Apa-apaan nih masa gini doang nggak bisa!?” katanya lalu menghapus kuteknya dan kulihat dia mengutek kukunya sendiri. Cih, kenapa tidak lakukan saja sendiri dari tadi. Aku langsung keluar dari kamarnya. Saat itulah aku mendengar suara ketukan pintu. “Ne!?” kataku setengah berteriak sambil berlari kearah pintu. Saat aku membuka pintu, muncul sosok namja tinggi yang mengenakan seragam rapi dan topi. Ia menyerahkan sesuatu kepadaku. “Gomawo, ajusshi,” kataku kepada tukang pos itu. Aku berjalan ke arah sofa mewah diruang tengah lalu duduk dilantai – Kalian pikir aku boleh duduk di sofa oleh keluarga tiriku ini?—aku membolak-balik surat yang kubawa dengan penasaran. Saat aku hendak membuka surat itu, tiba-tiba eomma merebutnya  “Wah, undangan pesta dansa dari kerajaan tetangga. Aegi-ya ayo kita pesta!” kata eomma tiriku lalu ia pergi ke kamarnya untuk berdandan, sementara aku masih duduk terbengong-bengong.

()()()()()()

“Ayo berangkat!” seru Tiffany eonni “Umm..Eonni aku boleh ikut?” tanyaku melas. “Oke, tapi sebelumnya tolong bersihkan dapur sembari menunggu eomma selesai berdandan,” kata kata Sicca eonni. “ Ne, eonni,” aku mengangguk lalu pergi ke dapur. Eomo, betapa terkejutnya aku saat melihat banyak kulit durian di dapur. Aku harus cepat menyelesaikannya sebelum eomma selesai berdandan. Seperti biasa, teman binatangku datang membantu sehingga aku lebuh cepat menyelesaikannya. Tapi saat aku kembali, semuanya sudah pergi. Kejam sekali mereka.

()()()()()()

Hiks.. aku menangis di kamarku. Aku jadi rindu appa dan eomma. Akhirnya kukeluarkan sebuah botol kaca bergambar peri –sebenarnya itu hanyalah kemasan minuman. Tapi itu berharga bagiku karena orangtuaku membelikannya saat ulang tahunku—satu-satunya kenangan dari orangtuaku. Karena tanganku basah terkena airmata, maka terjatulah botol itu. Tiba-tiba muncul sesuatu yang bercahaya dari botol yang sekarang sudah menjadi pecahan-pecahan kaca. “Ibu peri!!” teriakku. Akupun lansung menhampirinya.

          “aku bapak peri, kau bisa memanggilku appa. Suho appa.” kata sosok yang-tadinya –kupikir- ibu- peri sambil tersenyum.

          “Dari mana kau datang?” tanyaku pura-pura heboh.

          “Jelas dari botol kaca,kan?” jawabnya, lagi-lagi dengan senyumnya itu. “Kenapa kamu menangis?” lanjutnya

          “Aku ingin ikut pesta, tapi mereka melarangku.” kataku sambil mengelap liurku.

          “Jangan sedih, appa akan membantumu,” katanya yang lagi-lagi tersenyum dengan manisnya. Lalu ia menyihirku. Kuperhatikan diriku di kaca – mulai dari rambutku yang menjadi panjang kembali, hingga kakiku yang memakai… sandal jepit—

          “Appa, tidak ada sepatu kaca?” tanyaku

          “Sepatu kaca? nanti kacanya pecah. Hahahaha. Maaf ya tapi tidak ada.” ternyata appa jayus juga.

          Akhirnya dengan terpaksa kukeluarkan sepatu dari lemariku. Bukan sepatu, tepatnya sandal jepit yang lebih bermerek daripada yang sedang kugunakan ini, sandal jepit Swallow *loh, katanya bermerek? Iyakan, tanya ke semua orang, pasti mereka tau merek swallow* Kukenakan sandal itu, mungkin tidak akan terlihat karena gaun yang kukenakan cukup panjang. “Oh iya, Jangan lupa pulang jam 23.59 ya!” Suho appa mengingatkanku.

()()()()()()

          Tidak lama kemudian, aku sudah sampai didepan istana dengan kereta jengkol yang kunaiki. Saat aku masuk, semua mata tertuju padaku, semua orang memuji penampilanku. Tiba-tiba seorang namja berkepala besar  menghampiriku dan mengajakku berdansa. Aku menerima ajakannya walaupun aku sering menginjak kakinya, dan dari sini kulihat eomma dan eonni tiriku melihat kami dengan sirik. “Namaku Yesung. Pangeran Yesung. Siapa namamu?” tanya namja kepala besar itu yang ternyata seorang pangeran “Namaku…”  Eomo sudah jam 23.59 aku harus cepat pulang. Akhirnya aku berlari meninggalkan Yesung sebelum sempat menjawab namaku. Tapi, sialnya Yesung mengejarku. Bruukk… aku terjatuh karena sandalku putus. Terpaksa, kutinggalkan sebelah sandalku lalu aku berlari secepatnya.

           

            —Yesung PoV —

          Sebelum menjawab pertanyaanku, dia langsung berlari. Dan karena aku penasaran aku mengejarnya tapi dia sudah menghilang. Aku hanya menemukan sandal jepit ini. Apakah ini miliknya? Aku bingung. Aku terus menatap sandal yang kubawa ini..ukurannya besar sekali. Akhirnya aku membawa sandal ini. Sesampainya di istana, ternyata pesta sudah usai, aku langsung menuju kamarku dan tertidur. Aku bermimpi bahwa empunya sandal ini akan menikah denganku.

Esok harinya, aku langsung mengambil sandal itu dan menjahit talinya yang putus. Aduh, bagaimana ini, apa aku memang harus menikahi empunya sandal ini? Bagaimana kalau pemilik sandal ini adalah seorang namja? Hii.. aku bergidik ngeri, habisnya sandal ini besar sekali ukurannya. Tapi akhirnya aku membulatkan tekad, aku akan mencari pemilik sandal ini dengan menempuh jalan yang terempong dan terbaik, yaitu mencocokkan sandal ini keseluruh yeoja yang ada di kota ini. Lalu aku akan menikahinya.

 

                — Amber PoV —

          Katanya pangeran sedang mencari yeoja dengan ukuran kaki sama dengan sandal yang ditemukannya kemarin. Apa itu sandalku? Artinya, aku harus menikah dengannya kalau itu memang sandalku? Iuuh.. Nggak banget masa aku harus nikah sama kepala besar itu? “Amber, hari ini jangan keluar kamar, ya,” perintah eomma tiriku. Aku tau, eomma ingin pangeran menikah dengan Tiffany atau Sicca eonni, jadi ia melarangku untuk keluar seharian ini. Oke, tanpa disuruh pun aku tak akan keluar. Tapi masalahnya, bagaimana cara untuk mendapatkan kembali sandalku? Itu adalah kesayanganku. Jadi, aku harus mengambil sandal itu bagaimanapun caranya, tentunya tanpa menikah dengan Yesung. Eotteohkae??

          — Yesung PoV—

          Akhirnya, ini sudah rumah ke-156 yang harus kudatangi.  Tok..tok.. Aku mengetuk pintu dengan lembut. “Ah, pangeran.. silahkan masuk,” kata seorang yeoja yang sudah membukakan pintu untukku. Tanpa aku berbicara, mereka sudah mengerti maksudku. Aku langsung memakaikan sandal jepit yang kutemukan ini kepada dua orang yeoja dirumah ini. Tapi tidak ada yang cocok. “Maaf, tidak adakah orang lain disini?” kataku. “ A.. ani,” kata salah seorang yeoja berambut pirang yang duduk dihadapanku. Aku terduduk lemas. Tiba-tiba aku mendengar samar-samar suara dari sebuah ruangan.

          — Amber PoV­—

          Suho appa menyuruhku bernyanyi supaya Yesung tau keberadaanku. Tapi, kalau sukses aku harus menikah dengannya. Hmm… Ini adalah keputusan tersulit yang harus aku pilih. Tapi aku harus bernyanyi karena aku ingin sandal kesayanganku kembali.

          “Amber ayo mulai nyanyi!” Suho appa memaksaku untuk bernyanyi.

          Oke, aku akan mulai sekarang. “Cicak-cicak di dinding.”

          “Lebih besar!” perintah Suho appa

          “Buaya- buaya di dinding.”

          “Lebih besar suaranya, Mber!”

          Kenapa aku selalu disalahkam?! Akhirnya aku mulai bernyanyi dengan suara lantang sambil memukul-mukul panci yang kubawa. Tapi apa!? Yesung tidak kunjung datang menghampiriku. Dan, haha.. aku baru ingat bahwa ruangan ini dilapisi peredam suara.. Batinku sambil tersenyum sangat nggak ikhlas.

          “AAAA!”

          Akhirnya, usahaku tidak sia-sia, aku bisa menjambak Suho appa. Huh! Pokoknya aku harus mengambil sandal ku dari Yesung. Bagaimanapun caranya.

 

          — Yesung PoV—

          Suara apa ya tadi? Kurasa aku tadi aku mendengar samar-samar suara, atau jangan-jangan ada orang lain disini!?

         “Apa disini ada orang lain?” tanyaku memastikan.

         “Eh, itu Cuma suara radio. Permisi, kami matikan dulu ya,” kata salah satu yeoja, kemudian mereka semua langsung pergi meninggalkanku. Sebenarnya aku curiga, tapi yah apa boleh buat.

          Saat aku duduk dalam kesendirianku, muncul sesosok yang kurasa adalah seorang namja sambil tersenyum-senyum nggak jelas kepadaku.

           “Gue minta teh aja ya,” kataku polos kepadanya

          “Eh, jangan sembarangan lo ngomongnya. Lo pikir gue pembantu? Lagian kenapa lo nggak nyobain sandalnya ke gue?!” Tiba-tiba dia nyolot

          “Iya, gue pikir lo pembantu! Masalah?! Emang lo yeoja apa!?” tanyaku ikutan nyolot.

          “Iyalah. Emang tampang gue kayak namja!? Enggak kan?”

          Sakit jiwa tuh orang. Emang dia nggak punya kaca? Emang dia nggak bisa bedain namja sama yeoja!? Akhirnya demi menghindari perang mulut yang bakal berakhir dengan tusuk-tusukan, aku memakaikan sandal itu ke kakinya yang.. Sumpah gede banget, dan hasilnya.. PAS! Serius ini punya yeoja itu?! Serius gue harus nikah sama yeoja itu!? Apa kata bapak gue nanti? Sabar.. janji tetaplah janji, gue harus nikah sama tuh orang.

          —Amber PoV—

          Sial! Dia kira gue mau sama dia? Emang siapa sih dia? Raja? Pangeran?  Bukankan!? Dan waktu dia pasangin sandalnya ke gue, ternyata pas. Itu beneran sandal gue! Berarti gue harus nikah sama dia? Tinja?? eh Jinnjja?? Arggh… Gue nggak suka banget sama tuh orang. DEMI TUU…HAAAAN kataku setengah berteriak dalam hati mengikuti Arya Wiguna (?)!! Pokoknya gue harus pikirin cara biar hidup gue nggak menderita selamanya.

END

Ahahaha.. Akhirnya author post juga FF ini. Iseng-iseng aja nge-post soalnya author  lagi nggak ada kerjaan^^.Sekali lagi maaf ya kalau genre-nya nggak sesuai. Maklum baru pertama kali buat ff humor. Thanks for reading~~Mohon comment, request atau kritik-nya^^

 

 

 

 

 

 

Cinderella and Swallow

Leave a comment